MAHATHIR MUNDUR, MALAYSIA KRISIS POLITIK
Ilustrasi: Edi Wahyono |
Malaysia krisis politik usai Mahathir Mohammad mengundurkan diri jadi
perdana menteri. Keputusan seorang politikus yang didukung koalisi oposisi ini,menunjukan kemunduran demokrasi di Asia Tenggara, dimana sebelumnya politik Malaysia dianggap memiliki masa depan cerah setelah kemenangan pertama koalisi
partai oposisi Pakatan Harapan dalam pemilihan umum 2018 terhadap barisan Nasional, koalisi partai pimpinan Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) yang telah berkuasa sejak negeri itu merdeka pada 1957 tahun silam.
Dua sudut pandang berbeda mewarnai kontroversi krisis politik Malaysia saat ini, pandangan pertama menganggap terdapat pertarungan sengit antar tokoh elite politik mulai dari pengkhianatan Muhyiddin Yassin wakil ketua PPBM pada Mahathir Mohammad, kemudian dipecatnya Azim wakil PKR sebab berkhianat pada Anwar Ibrahim dengan bergabung di Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) dan Partai Islam Se-Malaysia (PAS). Sedangkan pandangan kedua, pengkhianatan
yang dilakukan Muhyiddin Yassin terhadap Mahathir Mohammad merupakan sandiwara belaka, untuk menjaga citra baik Mahathir Mohammad dalam melancarkan niatnya agar Anwar Ibrahim tidak naik menjadi perdana menteri.
Anwar Ibrahim adalah kawan sekaligus musuh bagi Mahathir. Ketika samasama aktif di UMNO, Mahathir dan Anwar Ibrahim pernah menjadi sahabat sekaligus pengurus penting UMNO, hingga Anwar pernah menjadi wakil Perdana Menteri di masa Mahathir. Namun Mahathir pulalah yang menghancurkan karir politik Anwar dengan tuduhan korupsi dan sodomi pada tahun 1998. Dua puluh tahun kemudian (2018), Mahathir mengajak Anwar Ibrahim bersatu untuk mengakhiri kekuasaan
Najib Razak, dengan janji, setelah Mahathir 2 tahun menduduki kursi PM akan dilanjutkan oleh Anwar Ibrahim, namun hal itu tidak pernah terjadi.
Kepiawaian Mahathir di dunia poltik, selaras dengan ungkapan Tony Q Rastafara bahwa Politik memang kejam, politik memang sarat. Dengan persaingan yang kurang sehat. Politik penuh intrik, politik banyak taktik. Dengan segala cara yang ditempuhnya. Terlepas dari apa rencana Mahatir selanjutnya, saat ini jabatan perdana mentri masih berada pada partainya. Dorongan politik dan semangat juangM menggulingkan koalisi yang berkuasa membuktikan bahwa sampai saat ini Mahathir Mohammad adalah tokoh politik penting, disegani dan memiliki pengaruh luas, serta bisa mewarnai arah politik Malaysia. Di usianya yang sudah sepuh (94 thn), dia mampu membuat berbagai skenario politik untuk menentukan siapa tokoh yang
diinginkannya untuk menjadi Perdana Menteri. Pada saat yang sama, dia juga mampu menyingkirkan tokoh politik yang tidak disukai.
Maka kendati dipandang defisit dalam akhlakul karimah. Mahathir di mata rakyat Malaysia adalah bapak modernisasi, sekaligus sebagai tokoh Melayu dan tokoh Islam yang sangat berpengaruh. Selayaknya Mahatir mampu menyeimbangkan politik dan akhlak, meskipun Politik dan akhlak adalah dua hal yang berbeda, tetapi
perbedaannya bukan untuk dipertentangkan. Politik ibarat sebuah kendaraan bus, maka akhlak adalah pengemudinya. Penumpang akan merasa nyaman dan aman dalam berkendara bila sopirnya piawai dalam mengemudi dan tidak ugal-ugalan. Dalam politik memang dimungkinkan untuk saling berebut kekuasaan, tetapi bukan berarti dapat dilakukan dengan segala macam cara dan melanggar norma.
Komentar
Posting Komentar